Rabu, 16 Maret 2016

Cerpen Pemimpi



AKULAH SANG PEMIMPI
OLEH : ZAKARYA

Tak terasa matahari akan menampakan sinarnya,dan akupun telah siap untuk berangkat kesekolah seperti hari-hari biasanya.”Sarapan sudah,buku sudah,semua sudah,yaudahlah tinggal berangkat !,Bu....,Ibu....”,suara pagiku menghiasi rumah.” Iya Nat,ada apa ?” jawab ibuku.”Nata berangkat dulu ya bu,Assalamualaikum...”. tanganku bersalaman dengan ibu dan menciumnya untuk berpamitan berangkat kesekolah seperti biasa.
Sesampainya disekolah aku datang tepat pada saat bel masuk sekolah. Pelajaran pertama adalah kimia,pelajaran yang paling aku sukai,dan sekarang juga sedang dibukanya pendaftaran SNMPTN,karena waktu UN sudah dekat,dan karena SNMPTN menggunakan nilai raport,akupun berusaha semaksimal mungkin agar pelajaran yang aku sukai bisa menolongku untuk lolos SNMPTN ke PTN yang aku inginkan.
Aku memang tidak pintar,akan tetapi aku juga tidak bodoh,walaupun seperti itu aku tetap optimis untuk bisa melanjutkan ke PTN.”Hey Nata,yakin lo bisa ketrima SNMPTN ? Jangan ngimpi lo... hahahaha”, nada ejekan yang sering ku dengar dari teman-temanku yang tidak menyukaiku.”Ya kan walaupun nilai raportku pas-pasan dan naik turun yang penting aku sudah ada usaha apapun hasilnya nanti”, jawabku. “Peringkat sepuluh besar aja tidak pernah,mau coba daftar SNMPTN,ngaca dong !” ujar Reno dengan nada sombongnya.”Yaudah terserah lo aja,tadikan gw udah bilang ke lo,yang penting udah ada usaha apapun hasilnya,toh nda ada salahnya mencoba kan ? iya to ?”timpalku.
Reno dan kawan-kawannya pun akhirnya pergi meninggalkan ruang kelas setelah mendengar bel istirahat,Aku dan Lana masih berada didalam kelas bersama dengan teman-teman yang lain.”Udahlah Nat,jangan didengerin,dia itu sudah biasa iri dengan teman yang lagi seneng,tapi dia bangga kalau ada temannya yang lagi susah”, ujar Anti ,”iya An,lagian kita semua juga sudah tahu watak tuh anak”, jawabku. Setelah lima belas menit bel istirahatpun telah selesai dan seperti biasa melanjutkan pelajaran hingga bel pulang  berbunyi.
Aku pulang naik angkot bersama teman-temanku yang lain. Sesampainya didepan rumah aku langsung bersalaman dengan ibuku yang sedang duduk didepan rumah bersama ibu-ibu tetangga yang lain.”Bu, Nata mau kerja dimana setelah lulus SMA ?”, ujar salah satu tetanggaku,”InsyaAllah mau kuliah bu,” jawab ibuku,”Apah, kuliah ?,nda salah tuh bu ?,makan aja masih susah mau gaya-gayaan kuliah segala”,ujar salah satu tetangga yang lain.

Ibuku hanya tersenyum sambil matanya berkaca-kaca mendengar cemoohan tetangga. Kemudian ibuku mengajaku masuk kedalam rumah agar tidak lebih dicemooh lagi oleh tetangga yang lain, padahal aku sudah ingin marah sekali mendengar cemoohan dan hinaan dari para tetangga,akan tetapi ibu melarangku agar jangan emosi,karena memang kenyataannya kami adalah orang miskin tidak bisa berbuat apa-apa kecuali bermimpi dan mendengar hinaan-hinaan dari tetangga lain,itu seperti makanan sehari-hari bagi kami sekeluarga,akan tetapi ibu dan ayahlah yang telah mengajarkan kepadaku dan adiku untuk mengerti arti kehidupan yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar