AKULAH
SANG PEMIMPI
OLEH
: ZAKARYA
Tak
terasa matahari akan menampakan sinarnya,dan akupun telah siap untuk berangkat
kesekolah seperti hari-hari biasanya.”Sarapan sudah,buku sudah,semua
sudah,yaudahlah tinggal berangkat !,Bu....,Ibu....”,suara pagiku menghiasi
rumah.” Iya Nat,ada apa ?” jawab ibuku.”Nata berangkat dulu ya
bu,Assalamualaikum...”. tanganku bersalaman dengan ibu dan menciumnya untuk
berpamitan berangkat kesekolah seperti biasa.
Sesampainya
disekolah aku datang tepat pada saat bel masuk sekolah. Pelajaran pertama
adalah kimia,pelajaran yang paling aku sukai,dan sekarang juga sedang dibukanya
pendaftaran SNMPTN,karena waktu UN sudah dekat,dan karena SNMPTN menggunakan
nilai raport,akupun berusaha semaksimal mungkin agar pelajaran yang aku sukai
bisa menolongku untuk lolos SNMPTN ke PTN yang aku inginkan.
Aku
memang tidak pintar,akan tetapi aku juga tidak bodoh,walaupun seperti itu aku
tetap optimis untuk bisa melanjutkan ke PTN.”Hey Nata,yakin lo bisa ketrima
SNMPTN ? Jangan ngimpi lo... hahahaha”, nada ejekan yang sering ku dengar dari
teman-temanku yang tidak menyukaiku.”Ya kan walaupun nilai raportku pas-pasan
dan naik turun yang penting aku sudah ada usaha apapun hasilnya nanti”,
jawabku. “Peringkat sepuluh besar aja tidak pernah,mau coba daftar SNMPTN,ngaca
dong !” ujar Reno dengan nada sombongnya.”Yaudah terserah lo aja,tadikan gw
udah bilang ke lo,yang penting udah ada usaha apapun hasilnya,toh nda ada
salahnya mencoba kan ? iya to ?”timpalku.
Reno
dan kawan-kawannya pun akhirnya pergi meninggalkan ruang kelas setelah
mendengar bel istirahat,Aku dan Lana masih berada didalam kelas bersama dengan
teman-teman yang lain.”Udahlah Nat,jangan didengerin,dia itu sudah biasa iri
dengan teman yang lagi seneng,tapi dia bangga kalau ada temannya yang lagi
susah”, ujar Anti ,”iya An,lagian kita semua juga sudah tahu watak tuh anak”,
jawabku. Setelah lima belas menit bel istirahatpun telah selesai dan seperti
biasa melanjutkan pelajaran hingga bel pulang
berbunyi.
Aku
pulang naik angkot bersama teman-temanku yang lain. Sesampainya didepan rumah
aku langsung bersalaman dengan ibuku yang sedang duduk didepan rumah bersama
ibu-ibu tetangga yang lain.”Bu, Nata mau kerja dimana setelah lulus SMA ?”,
ujar salah satu tetanggaku,”InsyaAllah mau kuliah bu,” jawab ibuku,”Apah,
kuliah ?,nda salah tuh bu ?,makan aja masih susah mau gaya-gayaan kuliah
segala”,ujar salah satu tetangga yang lain.
Ibuku
hanya tersenyum sambil matanya berkaca-kaca mendengar cemoohan tetangga.
Kemudian ibuku mengajaku masuk kedalam rumah agar tidak lebih dicemooh lagi
oleh tetangga yang lain, padahal aku sudah ingin marah sekali mendengar
cemoohan dan hinaan dari para tetangga,akan tetapi ibu melarangku agar jangan
emosi,karena memang kenyataannya kami adalah orang miskin tidak bisa berbuat
apa-apa kecuali bermimpi dan mendengar hinaan-hinaan dari tetangga lain,itu
seperti makanan sehari-hari bagi kami sekeluarga,akan tetapi ibu dan ayahlah
yang telah mengajarkan kepadaku dan adiku untuk mengerti arti kehidupan yang
sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar